Rugi/Susut Teknis Pada Sistem Distribusi Tenaga Listrik
Dalam
proses penyaluran tenaga listrik ke para pelanggan (dimulai dari
pembangkit, transmisi dan distribusi) terjadi rugi-rugi teknis (losses)
yaitu rugi daya dan rugi energi. Rugi teknis adalah pada penghantar
saluran, adanya tahanan dari penghantar yang dialiri arus sehinggga
timbullah rugi teknis (I2R) pada jaringan tersebut. Misalnya
pada mesin-mesin listrik seperti generator, trafo dan sebagainya, adanya
histerisis dan arus pusar pada besi dan belitan yang dialiri arus
sehinggga menimbulkann rugi teknis pada peralatan tersebut. Rugi teknis
pada pembangkit dapat diperbaiki dengan meningkatkan efisiensi dan
mengurangi pemakain sendiri.
Rugi teknis pada sistem distribusi merupakan penjumlahan dari I2R
atau rugi tahanan dan dapat dengan mudah diketahui bila arus puncaknya
diketahui. Rugi taknis dari jaringan tenaga listrik tergantung dari
macam pembebanan pada saluran tersebut (beban merata, terpusat). Rugi
teknis pada transformator terdiri dari rugi beban nol dan rugi pada
waktu pembebanan. Rugi pada beban nol dikenal dengan rugi besi, dan
tidak tergantung dari arus beban, sedangkan rugi pada waktu pembebanan
dikenal dengan rugi tembaga yang nilainya bervariasi sesuai dengan
kuadrat arus bebannya.
Rugi
energi (rugi kWh) biasanya dinyatakan dalam bentuk rupiah. Biaya untuk
mencatu kerugian ini dapat dibagi dalam 2 bagian yang utama :
- Komponen energi atau biaya produksi untuk membangkitkan kehilangan kWh.
- Komponen demand/beban atau biaya tahunan yang tercakup di dalam sistem investasinya yang diperlukan mencatu rugi beban rugi beban puncak.
Kedua
komponen tersebut biasaya digabungkan menjadi satu, baik dalam bentuk
Rp/kWh untuk rugi energi maupun dalam Rp/kW rugi daya puncak.Biasanya
rugi teknis itu tergantung pada titik yang diamati dari sistem tersebut,
titik yang terjauh dari sumber, sudah tentu biayanya lebih besar.
Ada beberapa permasalahan dalam menentukan rugi daya dan susut energi :
- Rugi daya
Rugi daya lebih mudah dihitung daripada rugi energi karena pada rugi energi perlu diketahui kurva pembebanannya dan kondisi pengoperasiannya pada selang waktu pembebanan tersebut.
Perhitungan
rugi daya dilakukan pertama-tama pada bagian sistem yang datanya sudah
diketahui dengan pasti seperti saluran transmisi dan distribusi. Untuk
bagian lainnya seperti transformator dan generator yang dikarenakan
tidak adanya data pengujian, rugi daya dapat dihitung dengan teliti
hanya oleh perancangnya saja, karena ia yang mengetahui seluk beluk
mengenai komponen tersebut yang mencakup berat, kualitas, rugi besi,
rapat fluks, dan sebagainya dan juga penghantara tembaganya yang
meliputi penampang, kerapatan arus, dan sebagainya.
Rugi
daya dari turbin, turbin hidrolik,dan sebagainya tidak dapat dihitung
secara teliti, bahkan oleh siperancangpun menghitung berdasarkan rumus
emperis yang didapat dari hasil-hasil pengujian dari jenis yang serupa.
Setelah
generator, transformator atau turbin dibuat oleh pabrik, biasanya
pengujian effesiensi dapat dilakukan di pabrik maupun di lapangan dimana
alat tersebut dipasang. Sesudah dilakukan pengukuran effesiensi atau
rugi daya menurut persyaratan pengujiannya, secara umum dapat dihitung
effesiensi atau rugi dayanya pada setiap kondisi pembebanan dengan
menggunakan beberapa karakteristik rugi-rugi yang ada dari berbagai
komponennya. Inilah metoda yang paling banyak dipakai oleh para insinyur
untuk menghitung rugi daya.
- Susut Energi
Pada
umumnya rugi-rugi teknis pada tingkat pembagkit dan saluran transmisi
pemantauannya tidak menjadi masalah karena adanya fasilitas pengukuran
yang dapat dipantau dengan baik. Hal yang sama juga terdapat pada gardu
induk (GI), sehingga rugi-rugi teknis dari GI tidak menjadi masalah
besar karena disinipun pengukuran dan pemantauan berjalan baik.
Lain
halnya pada sisi distribusi, rugi-rugi tekkis lebih kompleks dan sulit
diketahui besarannya. Pda GI setiap penyulang yang keluar dari GI ini
dilengkapi dengan alat pengukur, begitu pula pada sisi primer trafo
tenaganya. Selepas ini tidak terdapat lagi alat pengukuran kecuali pada
meteran pelanggan. Oleh krena itu, sangatlah sulit menentukan rugi
energi secara tepat pada sistem distribusi.
Dengan
menetukan rugi/susut energi pada saluran distribusi, cara yang
dilakukan oleh bebrapa perusahaan listrik adalah membandingkan energi
yang disalurkan oleh gardu induk dan energi yang terjual dalam selang
waktu tertentu, misalnya setahun.
Ada dua sumber kesalahan pokok dalam perhitungan susut energi :
1. Selisih
kWh (energi) yang disalurkan GI dan kWh yang terjual atau energi yang
dipakai oleh pelanggan tida menggambarkan keadaan sebenarnya, Karena ada
energi yang tidak terukur seperti pencurian listrik, meteran rusak,
kesalahan pembacaan kWh meter dan sebagainya. Dari sini jelaslah selisih
energi yang sebenarnya tidak dapat diukur secara pasti.
2. Pembacaan
meteran pada GI mungkin dapat dilakukan pada hari yang sama, dengan
demikian kWh (energi) yang diukur bebar-benar merupakan kWh yang
disalurkan, sedangkan pembacaan meteran pelanggan tidak bersamaan
waktunya sehingga hal ini akan merupakan kesalahan dalam analisis
selanjutnya.
Jalan
terbaik dalam menyiapkan informasi agar perhitungan rugi energi menjadi
sederhana, ialah membuat terlebih dahulu kurva lamanya pembebanan dari
kurva beban hariannya/tahunnya.
Untuk
mendapatkan kurva rugi daya versus beban, perlu diketahui hubungan
antara rugi daya (P) dan beban atau rugi daya/beban hariannya. Oleh
karena rugi daya (I2R) berbanding lurus dengan kuadrat beban
maka, berdasarkan kurva lamanya pembebanan dapatlah dibuat kurva rugi
daya versus waktu dan rugi daya rata-rata adalah harga rata-ratanya
untuk suatu periode tertentu.
Dengan
diketahuinya rugi daya rata-rata, rugi energi adalah seharga dengan
rugi daya rata-rata untuk periode tertentu dikalikan dengan jumlah jam
dari periode yang bersangkutan. Jadi rugi energi atau susut energi dapat dirumuskan sebagai berikut :
Rugi energi = rugi daya rata-rata dalam periode tertentu x jumlah jam periode tersebut
Rugi
energi dalam persen adalah rugi energi yang dinyatakan dalam persentase
dari energi yang dikirim/disalurkan dalam periode waktu yang sama.
Energi yang dikirim atau disalurkan adalah sama dengan beban rata-rata
untuk periode tertentu dikalikan jumlah jam dari periode tersebut.
energi yang disalurkan (energi output) = beban rata-rata dalam periode tertentu x jumlah jam periode tersebut.
Bila
mesin atau bagian komponen dari sistem tenaga tidak beroperasi secara
terus-menerus maka untuk hal seperti ini dipakai faktor operasi, yang
didefenisikan sebagai perbandingan antara lamanya waktu operasi
sebenarnya dan lamanya waktu dalam periode yang diambil.
Rugi
daya rata-rata dari suatu mesin yang beroperasi dikalikan dengan faktor
operasi akan menghansilkan rugi daya untuk periode tersebut, dan bila
dikalikan lagi dengan jumlah jam dari periode tersebut maka didapat rugi
energi.
Rugi energi dalam periode tertentu = Rugi daya rata-rata selama periode operasi x faktor operasi x jumlah jam dari periode itu.
3. Rugi tembaga dan rugi kuadrat beban
Rugi
tembaga atau rugi-rugi lainnya berbanding lurus dengan kuadrat beban
dan dengan adanya kurva beban versus waktu atau kurva lamanya
pembebanan, maka dapatlah dibuat kurva rugi daya/waktu atau kurva
lamanya rugi daya dimana setiap ordinatnya berbanding lurus dengan
kuadrat setiap ordinat.kurva bebannya. Dari kurva lamnya rugi daya,
dapat pula ditentukan rugi daya rata-ratanya selama periode tersebut.
Luas dari kurva lamanya rugi daya merupakan rugi energi selama periode
tersebut. Jadi rugi daya rata-rata = rugi energi selama periode
tersebut/lamnya periode tersebut.
Dalam
perhitungan rugi energi sebaiknya dipakai faktor rugi yaitu
perbandingan antara rugi daya rata-rata dan rugi daya pada beban puncak
dalam periode tertentu.
Rugi energi = rugi daya pada beban puncak x faktor rugi x jumlah jam dari periode tersebut
Sebagai
contoh, bila rugi tembaga 1200kW, faktor rugi 0,33 dan selang waktu 1
tahun maka rugi energi selama setahun = 1200 x 0,33 x 8760 kWh.
Faktor
rugi energi adalah sama dengan faktor rugi dibagi dengan faktor beban
dalam periode yang sama dan untuk suatu bentuk kurva beban yang umum,
terdapat hubungan antara faktor rugi energi ednga faktor beban.
Faktor
rugi energi adalah sama denga faktor rugi dibagi dengan faktor beban
dalam periode yang sama dan untuk suatu bentuk kurva beban yang umum,
terdapat hubungan antara faktor rugi energi dengan faktor beban.
Jadi faktor rugi energi dapat dinyatakan sebagai :
Faktor rugi energi =faktor rugi daya / faktor beban
Bila
faktor rugi energi sudah diketahui atau sudah diasumsikan, persentase
rugi (tembaga) pada beban puncak untuk periode tersebut didapat dari
persamaan :
Rugi energi (%) = rugi daya pada bebanpuncak x faktor rugi energi
Sebagai
contoh, bila rugi daya pada beban puncak 12 % dan faktor rugi energi
sama dengan 0,66, maka rugi energi dalam persen untuk periode tersebut
adalah 12% x 0,66 = 8% dari energi keluarannya/yang disalurkan.
Rugi energi dalam persen = Rugi daya dalam persen pada beban nominalnya x faktor rugi energi x faktor kapasitas/faktor beban.
Sebagai
contoh, bial rugi daya pada beban nominalnya 2 %, faktor beban 0,6 dan
faktor kapasitas 0,5 dan faktor rugi energi 0,73, persentase rugi energi
untuk periode tersebut adalah 2 x 0,73 x 0,5/0,6 atau 1,22% dari energi
keluarannya.
4. Rugi-rugi yang konstan, rugi besi dan sebagainya
Besaran
dari rugi daya konstan seperti rugi besi, rugi bantalan, gesekan dan
gesekan anginpada ujung belitan dan sebagainya untuk bermacam bagian
dari system tenaga biasanya diketahui dari hasil pengujian maupun
pengujian di lapangan. Rugi energi yang konstan ini dapat dihitung
dengan mengalikan konstanta rugi dayannya dengan jumlah jam dari selang
yang diamati. Bila nilainya akan ditentukan dalam persen, maka konstanta
rugi daya harus dalam persen dari nilai beban nominalnya, konstanta
rugi energi dapat diturunkandari pernyataan berikut ini :
Rugi energi (%) = Rugi daya dalam persen pada beban nominalnya / factor kapasitas
Sebagai
contoh, bila rugi besi pad beban nominalnya 1 % dan faktor kapasitas
0,4 maka rugi besi dalam persen untuk periode tersebut adalah 1/0,4 =
2,5 % dari energi keluarannya.
5. Rugi-rugi yang tidak langsung sebagai fungsi dari beban
Rugi
pada turbin hidrolik, turbin uap dan bagian-bagian lainnya dari sistem
tenaga ada yang berbanding lurus dengan kuadrat beban dan ada pula yang
konstan. Bentuk kurva dari rugi versus beban untuk tipe pembangkit yang
berlainan variasinya satu sama lain cukup besar, sehingga tidak mungkin
membuat perhitungan rugi energi sederhana dengan menggunakan faktor
tersebut di atas untuk rugi tembaga. Secara umum bentuk kurva dari rugi
daya versus beban dapat dibuat dari kurva effesiensi versus beban dan
bial kurva beban harian atau bulana diketahui, diutamakan dari kurva
lamanya pembebanan, maka kurva rugi daya/waktu dapat dibuat.
Pada PLTA, rugi turbin hidrolik biasanya merupakan rugi yang terbesar dari setiap peralatan sistem. Untuk alasan itulah hal ini perlu mendapat perhatian yan sebesar-besarnya.
- Penaggulangan susut teknis
Komputer
dapat membantu dalam perhitungan pengurangan susut system. Dengan data
masukan yang berbeda-beda, dibuat beberapa alternative kajian mengenai
hal ini. Pengurangan susut system menghasilkan penghematan energi, juga
peningkatan kapasitasnya. Berbagai cara dapat dilakukan untuk mengurangi
susut system antara lain :
a. Otimalisasi kapasitas beban
1. Pemilihan kapasitas TR (kVA-km) yang dipakai, didasarkan apda pengaturan tegangan dan factor daya normal.
2. Pilih
kapasitas saluran TM, kVA-km, dari penghantar standar yang ada, oleh
karenanya panjang penyulang TMnya dibatasi. Pada saluran, yang
kapasitasnya (kVA-km atau MVA-km) sudah dilampaui, beban penghantar
dapat dikurangi dengan :
· Memindah bebannya ke penyulang lain.
· Mengganti penghantar yang ada dengan yang lebih besar
· Menambah feeder baru dan kemudian mengatur pembagian bebannya.
· Menaikkan kelas tegangan, misalnya dari 6 kv ke 20 kv.
b. Optimalisasi kapasitas transformator, lokasi, beban yang dipikul.
· Pemilihan
kapasitas transformator distribusi, dikaitkan dengan macam beban
(pelanggan) yang dilayaninya, dengan menjaga agar jatuh tegangan
minimum.
· Pemilihan
lokasi transformator distribusi, dikaitkan dengan macam beban yang
dilayani dengan menjaga agar susut tegangan minimum.
· Optimalkan pendayagunaan trasformator, didasarkan pada factor beban dari beban yang dilayani.
c. Tetap menjaga tingkat tegangan yang diijinkan pada system distribusi.
d. Memasang kapasitor shunt
§ Gunakan
kapasitor shunt pada beban induktif atau apda titik-titik tertentu pada
saluran TRnya, dengan mempertimbangkan ekonomis tidaknya.
§ Gunakan
kapasitor shunt dengan daya pengenal yang optimum atau titik/lokasi
optimum pada penyulang tegangan menengahnya, guna mengurangi rugi daya,
susut energi dan menjaga kondisi tegangan. Dalam menangani hal tersebut
tindakan yang diambil dapat berupa :
Ø Memasang
tumpuk kapasitor (bank kapasitor) tetap, guna mendapatkan factor daya
100% atau factor daya sedikit mendahului, selama diluar beban puncaknya.
Ø Memasang tumpuk kapasitor yang dapat dimasukkan dan dikeluarkan dari sistem tersebut.
Tumpuk kapasitor ini dimasukkan/dihubungkan ke sistem untuk mengkoreksi faktor dayanya selama beban puncak.
Komentar
Posting Komentar